EkonomiBerita

Rupiah Kembali Melemah, Mengapa dan Apa Dampaknya?

Putri Diah Ayu
×

Rupiah Kembali Melemah, Mengapa dan Apa Dampaknya?

Share this article
Rupiah melemah

Banyuwang, Jasa.sch.id – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali mengalami tekanan pada awal perdagangan hari Jumat, 5 April 2024. Pagi hari itu, rupiah dibuka di posisi Rp 15.914 per dolar AS, melemah 0,13% dibandingkan dengan penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Pelemahan rupiah ini menjadi perhatian banyak pihak, terutama pelaku bisnis dan masyarakat umum.

Artikel ini membahas mengenai faktor-faktor yang menyebabkan pelemahan rupiah, dampak yang ditimbulkan, serta potensi ke depannya.

Faktor-Faktor yang Menekan Rupiah

Pelemahan rupiah yang terjadi pada 5 April 2024 disebabkan oleh beberapa faktor, baik internal maupun eksternal. Berikut adalah beberapa faktor yang perlu dicatat:

1. Kondisi Geopolitik yang Memanas

Ketegangan geopolitik yang masih terjadi di berbagai belahan dunia, seperti perang di Ukraina, turut mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah.

Situasi ini memicu ketidakpastian di pasar keuangan global, sehingga investor cenderung memilih aset aman seperti dolar AS. Peningkatan permintaan terhadap dolar AS menyebabkan nilainya menguat terhadap mata uang lain, termasuk rupiah.

2. Kebijakan The Fed AS

Bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed), berencana untuk melanjutkan kebijakan pengetatan moneter guna meredam inflasi yang tinggi di Amerika Serikat. Kebijakan ini dapat berupa peningkatan suku bunga acuan dan pengurangan kepemilikan obligasi pemerintah (quantitative tightening).

Kenaikan suku bunga acuan The Fed akan meningkatkan daya tarik investasi di Amerika Serikat. Hal ini dapat menyebabkan aliran modal asing keluar dari Indonesia dan beralih ke aset dolar AS yang menawarkan imbal hasil lebih tinggi. Akibatnya, permintaan terhadap rupiah menurun dan nilainya melemah.

3. Harga Komoditas yang Menurun

Indonesia merupakan negara yang bergantung pada ekspor komoditas seperti batubara, kelapa sawit, dan nikel. Penurunan harga komoditas di pasar global dapat berdampak negatif terhadap pendapatan ekspor Indonesia.

Ketika pendapatan ekspor menurun, permintaan terhadap dolar AS untuk keperluan transaksi internasional juga berkurang. Pelemahan permintaan terhadap dolar AS ini pada akhirnya dapat menyebabkan nilai tukar rupiah melemah.

4. Sentimen Menjelang Lebaran

Perayaan Idulfitri atau Lebaran biasanya dibarengi dengan peningkatan permintaan terhadap dolar AS. Masyarakat Indonesia membutuhkan dolar AS untuk keperluan perjalanan ke luar negeri atau pembelian barang impor. Peningkatan permintaan musiman ini dapat menyebabkan tekanan terhadap rupiah.

Rupiah Kembali Melemah: Menilik Faktor Penekan dan Dampaknya (Lanjutan)
Dampak Pelemahan Rupiah

Pelemahan rupiah dapat menimbulkan berbagai dampak, baik positif maupun negatif, terhadap perekonomian Indonesia. Berikut adalah beberapa dampak yang perlu dicermati:

Dampak Negatif

1. Meningkatnya Beban Impor

Pelemahan rupiah menyebabkan harga barang impor menjadi lebih mahal. Hal ini dapat berdampak pada inflasi, karena biaya produksi barang-barang konsumsi yang menggunakan bahan baku impor akan meningkat.

2. Menurunnya Daya Beli Masyarakat

Pelemahan rupiah dapat menurunkan daya beli masyarakat. Ketika harga barang impor menjadi lebih mahal, daya beli masyarakat untuk membeli barang-barang tersebut akan berkurang.

3. Terganggunya Stabilitas Makroekonomi

Pelemahan rupiah yang terus-menerus dapat mengganggu stabilitas makroekonomi Indonesia. Kondisi ini dapat membuat Bank Indonesia (BI) kesulitan untuk mengendalikan inflasi dan menjaga kestabilan nilai tukar rupiah.

Dampak Positif

1. Meningkatnya Daya Saing Ekspor

Pelemahan rupiah dapat meningkatkan daya saing ekspor Indonesia. Produk ekspor Indonesia menjadi lebih kompetitif di pasar global karena harganya menjadi lebih murah dalam mata uang dolar AS.

2. Peluang Investasi di Pasar Modal

Pelemahan rupiah dapat menjadi peluang investasi di pasar modal Indonesia. Investor asing yang memiliki dolar AS berpotensi untuk masuk ke pasar modal Indonesia karena aset-aset di pasar modal menjadi lebih murah.

Rupiah Kembali Melemah: Menilik Faktor Penekan dan Dampaknya

Pelemahan rupiah yang terjadi pada 5 April 2024 merupakan dinamika yang wajar terjadi di pasar keuangan global. Namun, pemerintah dan Bank Indonesia (BI) perlu terus berupaya untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.

Beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh pemerintah dan BI antara lain:

  • Memperkuat fundamental ekonomi Indonesia dengan menjaga pertumbuhan ekonomi yang stabil, mengendalikan inflasi, dan meningkatkan investasi.
  • Diversifikasi ekspor untuk mengurangi ketergantungan pada ekspor komoditas.
  • Intervensi BI melalui operasi moneter untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. BI dapat melakukan beberapa langkah seperti menjual dolar AS dari cadangan devisa yang dimiliki atau menaikkan suku bunga acuan.

Harapan ke Depan

Dengan langkah-langkah yang tepat dari pemerintah dan BI, diharapkan nilai tukar rupiah dapat kembali stabil dan menguat. Stabilitas nilai tukar rupiah penting untuk menjaga daya beli masyarakat, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan menciptakan iklim investasi yang kondusif.

Selain itu, masyarakat juga dapat berperan aktif dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Masyarakat dapat mengurangi ketergantungan terhadap barang impor dan lebih memilih produk lokal. Dengan demikian, permintaan terhadap dolar AS untuk keperluan konsumsi dapat ditekan dan pada akhirnya turut menjaga stabilitas rupiah.

Penutup

Pergerakan nilai tukar rupiah merupakan isu yang kompleks dan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Pelemahan rupiah dapat menimbulkan dampak positif dan negatif. Namun, pemerintah dan BI memiliki peran penting dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.

Dengan langkah-langkah yang tepat dan dukungan dari masyarakat, diharapkan nilai tukar rupiah dapat kembali menguat dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berkelanjutan.